IKaeN.id, CIKEAS – Masuk dalam rangkaian acara Indonesia Green Book Festival yang diselenggarakan Sekolah Alam Cikeas bersama Gramedia, buku berjudul ‘Menjelajahi Misteri Perbatasan’ karya Dr. Yansen TP, M.Si bersama belasan pegiat literasi dan penulis nasional diluncurkan di Sekolah Alam Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Jumat (1/3/2024).
Buku yang isinya menarasikan tentang perbatasan Indonesia di Krayan, Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara) ini ditulis berawal dari kegiatan Batu Ruyud Writing Camp (BWRC) I yang dilaksanakan tahun 2022 lalu di Batu Ruyud, Fe’ Milau, Krayan Tengah.
“Dr. Yansen TP, M.Si dan para alumni peserta BRWC I meluncurkan buku hasil writing camp yang dilaksanakan pada Oktober-November 2022 lalu di Batu Ruyud, Krayan Tengah,” ujar Dodi Mawardi, Direktur Sekolah Alam Cikeas, sekaligus Ketua Panitia Acara Indonesia Green Book Festival yang acaranya dilaksanakan mulai 26 Februari – 2 Maret 2024.
Dalam kegiatan BRWC I itu, jelas Dodi Mawardi yang dikenal sebagai penulis buku bestseller Gramedia ini, menghadirkan 15 pegiat literasi dan penulis nasional yang menginap selama sepekan di tengah hutan sambil berbagi ilmu menulis kepada warga sekitar.
“Ada Pepih Nugraha, pendiri Kompasiana, Arbain Rambey, penulis dan fotografer profesional, Masri Sareb Putra, sastrawan angkatan 2000 dan Arip Senjaya, penulis terbaik Perpusnas 2022 yang juga Dosen FKIP Untirta bidang filsafat dan sastra,” sebut Dodi
Kemudian, lanjutnya, ada juga Johan Wahyudi, penulis buku ajar terbaik Perpusnas, Wulan Ayodya, penulis buku wirausaha terbaik Perpusnas, Eko Nugroho, senior editor Elex Media Komputindo (Gramedia Group), Herman Syahara, penyair nasional, Edrida Pulungan, penulis dan ASN terbaik, Agustina, mentor forum Indonesia menulis berasal dari Kalimantan Barat, Arie Saptaji, pengarang buku puluhan buku dan Matius Mardani, pegiat literasi Jakarta.
Sementara itu, Yansen TP sebagai penggagas BRWC menyebut bahwa buku Menjelajahi Misteri Perbatasan menjadi salah satu bukti adanya tonggak sejarah hadirnya peradaban baru literasi secara nasional yang lahir dari Batu Ruyud di wilayah perbatasan dan pedalaman Kaltara, sebab dalam pelaksanaan BRWC I ada deklarasi Literasi Dayak dan Literasi Sunda.
Oleh karena itu, Yansen TP menegaskan bahwa peluncuran buku ini bukan sekadar tren tapi memang sebuah konsep pembangunan. Di mana di dalamnya ada sebuah nilai yang harus diketahui dan dipahami semua kalangan.
“Jadi harapan kami peluncuran buku yang dilaksanakan di Sekolah Alam Cikeas ini ibarat kata kita ungkapkan sebagai sebuah nilai yang harus dipahami dan diketahui oleh khalayak dan bahkan oleh pemerintah,” kata Wakil Gubernur (Wagub) Kaltara ini.
“Maksud dan tujuan adanya BRWC adalah bentuk itikad para pegiat literasi dan penulis nasional untuk kebangkitan peradaban berliterasi dan tekad bersama mendorong bertumbuh berkembangnya literasi nasional,” tambah pria yang sudah menulis banyak buku dan salah satu bukunya berjudul ‘Kaltara Rumah Kita’.
Soal kenapa tempat peluncuran buku di Sekolah Alam Cikeas, karena merupakan tempat yang dianggap Bupati Malinau periode 2011-2016 dan 2016-2021 ini spesial. Sebab, Presiden Republik Indonesia ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bertempat tinggal tidak jauh dari Sekolah Alam Cikeas.
“Jadi saya kira tidak salahlah kalau Cikeas ini menjadi daya ungkit isu literasi nasional. Semoga apa yang kami gagas ini sebagai bentuk kebangkitan literasi,” kata suami Ping Ding ini sambil berharap melalui buku tersebut bisa mengungkapkan sepercik cerita dan harapan masyarakat perbatasan. (AF)